Coretan kisah dan Secangkir Kopi dan Masa Depan
Coba deh tengok Instagram feed atau Path timeline beberapa temen kamu, setidaknya terselip satu dua gambar kopi atau update-an lokasi di kedai kopi. Dari sini aja kita bisa nebak, kopi bukan lagi minuman resmi milik generasi tua. Citra ‘gelap’ kopi dipatahkan oleh kreativitas pelaku bisnis yang berusaha ‘ngotak-ngatik’ cita rasa kopi dan berhasil disambut antusias kalangan muda.
Agar semakin menarik perhatian, kegiatan ngupi-ngupi ini dikemas jadi bagian gaya hidup masa kini. Dan dengan keberadaan media sosial, kegiatan ini sudah menjadi semacam pembuktian eksistensi diri. Suka nggak suka, harga secangkir kopi hasil ‘modif’ akan lebih tinggi dari secangkir kopi warung.
Memang tidak bisa dipungkiri, harum dan nikmat kopi ditambah suasana kedai yang nyaman adalah perpaduan yang sulit ditolak. Kalaupun tidak suka kopi, toh kamu masih bisa menikmati atmosfer ruangan dan tempat duduknya yang empuk. Tapi pernahkah terpikir bagaimana kondisi dompetmu?
Now let’s take a look at the bigger picture. Kita anggap seseorang menghabiskan minimal Rp500.000,00 tiap bulannya untuk ngopi-ngopi. Uang itu menghilang bisa dengan banyak kemungkinan. Mungkin menghilang sia-sia, mungkin juga menghilang dan datang lagi dengan jumlah yang lebih besar di kemudian hari. Ya bisa aja kan klien potensial yang selama ini kamu kejar-kejar akhirnya ngeluarin kata ajaib itu (baca: Deal!) di tempat senyaman kedai kopi.
Tapi yang umumnya kejadian sih, terutama kaum “urban” sekarang, uang menghilang….. begitu saja. Sekarang memang belum terasa, tapi lihat dalam jangka waktu 3 – 5 tahun mendatang. Mungkin saat itu makin banyak biaya dan cicilan yang kamu tanggung. Belom lagi biaya nggak terduga yang harus dikeluarkan, misalnya.. tiba-tiba kamu jatuh sakit? Atau kecelakaan? Seharusnya, sih, uang-yang-menghilang-begitu-saja tadi bisa untuk hal-hal urgent di atas.
Mungkin berangkat dari pemikiran “nggak mau ngerepotin orang lain”, dari sekarang kita perlu berpikir dua tiga langkah ke depan. Persiapkan apa yang perlu dipersiapkan. Ya salah satunya biaya tidak terduga itu. “Gue harus mulai dari mana?” Sekarang tengok lagi kopi yang sedang mengepul di hadapanmu, amati seisi kedai kopi yang biasa kamu dan teman-teman sambangi. Sekarang biaya cicilan perlindungan semakin terjangkau, ya taruhlah minimal Rp100.000,00 yang bahkan tergolong ramah di kantong untuk anak muda yang masih berpenghasilan minim. Bisa jadi jumlah cicilan perlindungan lebih murah dari biaya yang kamu keluarkan sekali ngopi.
Siapa yang tahu, uang yang sekarang memuaskan candu kafein atau hasrat duduk-dudukmu itu akan lebih bermanfaat di kemudian hari.
Posting Komentar untuk "Coretan kisah dan Secangkir Kopi dan Masa Depan"