Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Diksi dan Seni Bahasa

Oleh: Abdullah

Resume ke-7

Gelombang: 30

Tanggal: 30 Oktober 2023

Tema: DIKSI DAN SENI BAHASA

Narasumber: Maydearly

Moderator: Mutmainah, M.Pd



Dalam pemaparab narasumber memulai dengan menjelaskan kata diksi

Diksi – akar katanya dari bahasa Latin: *dictionem* Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction Kata kerja ini berarti: *pilihan kata*. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.

Dalam sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics – salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.

William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.

Selanjutnya narasumber menjelaskan kembali bahwa

Setiap penulis ia akan mampu berdiksi. Lantas bagaimana Tuan dan Nyonya mampu berdiksi?

Ada 5 hal yang perlu dipelajari agar penulis mampu merangkai sebuah kalimat/paragraf dengan diksi yang mempesona.

Seorang penulis akan mampu berdiksi ababila ia mampu menerapkan 5 hal di berikut ini:


1. *Sense of Touch* adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.


*Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi*

2. *Sense of Smell* adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.

Contoh:

*Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu kugantungkan dilangit harapan*

3. *Sense of Taste* adalah menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah.

Contoh:

*Kukecup rasa pekat secangkir kopi di tangan kananku, sembari kugenggam Hp di tangan kiriku. Telah terkubur dengan bijaksana, dirimu beserta centang biru, diriku bersama centang satu.*

4. *Sense of Sight* adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya. Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.

Contoh

*Derit daun pintu mencekik udara di tengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu adalah prasasti yang pernah kutinggali*

5. *Sense of hearing* adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar. 

Contoh

*Aku padamu seperti angin yang berlalu begitu saja, kini yang kupunya hanya melupa atas lara dari sajak jingga yang cedera*

Jadi Hanya 5 hal yang kita butuhkan dalam memadu Diksi. 5 hal sederhana, yang membantu tuas huruf mengalir menuju samudra kata yang mempesona

Ditutup dengan quote

Penulis Sejati adalah:

Ia yang tak pernah putus asa

Ia yang tak pernah menyerah

Ia adalah seseorang yang selalu tersenyum dalam kesedihan

Dan Ia yang selalu menciptakan ide-ide baru 🥰🥰

*Jadilah Penulis Sejati* yang karyanya dikenang sampai mati

Sebagai Penutup

Dalam dunia sastra dan komunikasi, diksi dan seni bahasa memiliki peran yang sangat penting. Diksi merujuk pada pilihan kata yang digunakan dalam sebuah tulisan atau percakapan, sedangkan seni bahasa mengacu pada penggunaan kreatif dan estetis dari diksi tersebut. Melalui diksi yang tepat dan seni bahasa yang terampil, kita dapat mengungkapkan kecantikan bahasa dan mempengaruhi perasaan, pemikiran, dan imajinasi pembaca atau pendengar.


Diksi yang tepat dapat memberikan kekuatan dan kejelasan dalam komunikasi. Memilih kata-kata yang tepat dan sesuai dengan konteks dapat membantu mengungkapkan ide-ide dengan lebih presisi dan efektif. Misalnya, dalam sebuah puisi, pemilihan kata yang indah dan bermakna dapat menciptakan gambaran yang kuat dan mendalam dalam pikiran pembaca. Dalam prosa, diksi yang tepat dapat membantu menyampaikan pesan dengan jelas dan menghidupkan imajinasi pembaca.


Selain itu, diksi juga dapat mencerminkan gaya penulis atau pembicara. Setiap individu memiliki ciri khas dalam pemilihan kata dan gaya berbahasa mereka. Misalnya, ada penulis yang cenderung menggunakan diksi yang formal dan akademik, sementara ada juga yang lebih condong ke gaya yang santai dan informal. Pilihan diksi ini dapat menentukan nuansa tulisan atau percakapan dan memberikan keunikan dalam ekspresi bahasa kita.


Namun, seni bahasa melibatkan lebih dari sekadar pemilihan kata yang tepat. Seni bahasa mencakup penggunaan gaya, figur retoris, dan teknik kreatif lainnya untuk menciptakan efek yang mendalam pada pendengar atau pembaca. Misalnya, metafora, simbolisme, dan personifikasi adalah beberapa figur retoris yang dapat digunakan untuk memberikan dimensi emosional dan imajinatif yang lebih dalam dalam bahasa kita.


Seni bahasa juga melibatkan pemahaman tentang ritme, irama, dan pola dalam bahasa. Pemilihan kata-kata yang memiliki suara dan ritme yang indah dapat menciptakan kepuasan estetis bagi pendengar atau pembaca. Selain itu, penggunaan repetisi, aliterasi, dan asonansi dapat memberikan efek yang menarik dan memperkuat pesan yang ingin disampaikan.


Dalam seni bahasa, kekayaan kosakata juga sangat penting. Memiliki pengetahuan yang luas tentang kata-kata yang berbeda dan kemampuan untuk menggunakannya dengan presisi dapat memberikan keleluasaan dalam mengekspresikan ide dan emosi. Dengan memiliki kosakata yang kaya, kita dapat mengeksplorasi berbagai nuansa dan makna dalam bahasa.


Diksi dan seni bahasa memainkan peran penting dalam mempengaruhi, menginspirasi, dan menggerakkan orang lain. Dengan memahami dan menguasai penggunaan kata-kata yang tepat serta seni bahasa yang kreatif, kita dapat mengungkapkan keindahan bahasa dan membangun ikatan emosional dengan pembaca atau pendengar. Jadi, mari kita eksplorasi dan nikmati keajaiban diksi dan seni bahasa, dan biarkan keindahan bahasa kita mengalir melalui kata-kata yang kita pilih.


4 komentar untuk "Diksi dan Seni Bahasa"